Senin, 17 Februari 2020

MENGENAL PAKU RANE, LALAPAN DAN OBAT DARI HUTAN





Berkegiatan ke alam bebas tentunya harus memiliki persiapan dan bekal yang cukup agar apa yang diharapkan selama perjalanan dapat terorganisir dengan baik. Entah itu dilakukan oleh seorang seorang pendaki atau masyarakat umum sekalipun. Mulai dari persiapan fisik, peralatan hingga logistik atau makanan.

Karena sejatinya beraktivitas di alam bebas dapat mengurangi stress dan membuat pikiran menjadi lebih fresh. Kegiatan yang bisa dilakukan adalah hiking, mendaki gunung atau hanya sekedar camping.

Saat berkegiatan disana, pastinya kita juga membutuhkan istirahat dan kembali memulihkan tenaga dengan mengisi perut, baik dengan makanan ringan atau makanan berat. 

Namun, banyaknya makanan instan saat ini mudah dijumpai membuat sebagian orang mengesampingkan makanan yang lebih sehat yang sebenarnya juga mudah didapatkan didalam hutan. 
Selain menjadi alternatif makanan tentu apa yang bisa kita dapatkan langsung dari sumbernya bisa mengurangi berat beban tas atau carriel yang dibawa selama perjalanan.

Satu diantara sumber makanan dari hutan yang pernah aku temui adalah jenis paku-pakuan yakni Paku Rane. Tanaman tersebut aku dapatkan saat berkegiatan di wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Jawa Barat saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas pada 2011 lalu.

Paku Rane merupakan tumbuhan paku yang masuk dalam spesies Selaginella plana. Tumbuhan paku ini termasuk ke dalam varietas yang langka dan termasuk ke dalam golongan Lycopodiinae. Paku Rane akan memantulkan warna kebiruan terutama saat terkena sinar matahari. 

Diketahui Paku Rane dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Tak hanya itu saja, tanaman ini juga dikonsumsi untuk lalapan (tunas muda) dan memiliki segudang manfaat diantaranya antioksidan, anti inflamasi, antikarsinogenik, tonik untuk perawatan pasca persalinan, obat darah juga obat ulu hati. 

Aku menemukan Paku Rane saat ditugaskan mencari bahan makanan yang berasal dari sumbernya. Saat mengecek berbagai tumbuhan diantara tanaman liar dan semak-semak disanalah aku menemukan satu diantara jenis paku-pakuan itu. 

Setelah memastikan bahwa Paku Rane bisa dikonsumsi dengan mengoleskan bagian daunya di punggung telapak tangan dan bagian belakang telinga. Karena tidak ada rasa gatal atau perih, aku kemudian mengolahnya menjadi sayuran yang dimasak hanya menggunakan bumbu penyedap alakadarnya.




Bukan hanya aku, dua temanku yang juga tergabung dalam kelompok yang sama juga menikmati sayuran itu dengan lahapnya. Rasanya tak jauh beda dengan tumbuhan hijau atau sayuran pada umumnya meskipun agak sedikit keras pada bagian batangnya. Kami menyantapnya dengan nasi hangat yang sudah ditanak menggunakan nesting yang kami bawa.  

Tak hanya makan dari apa yang tersedia di hutan, aku pun memanfaatkan lumut yang menempel pada batang pohon-pohon pinus untuk mendapatkan sumber air. Lumut yang sudah dikumpulkan pada sebuah kain yang tidak terlalu besar. Setelah dirasa cukup, kain tersebut kami peras agar tanah yang menempel pada lumut dapat tersaring dan tidak ikut terbawa kedalam gelas yang kami gunakan.

Penasaran dengan manfaat Paku Rane lainnya secara detil, saat mengambil air ke area sungai yang tak jauh dari pos jaga taman nasional kami pun menemui petugas dan menanyakan kembali perihal daun yang kami konsumsi.
Petugas pun menjelaskan seperti apa yang sudah aku terangkan diatas. Ia pun menyebutkan bahwa Paku Rane sangat baik untuk mengobati jerawat dan mengobati luka dalam. Ternyata tak hanya paku rane saja, masih banyak tanaman yang bisa dikonsumsi dan memiliki segudang manfaat lainnya yang bisa dijumpai didalam hutan.

Maka dari itu, aku mengaak semua yang membaca ini untuk terus memjaga hutan dengan segala isinya agar tetap terjaga hingga anak dan cucu kita  kelak dapat menikmatinya juga. 

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menjadi satu diantara organisasi publik yang berfokus mengenai lingkungan termasuk hutan. Kamu bisa melihat berbagai kegiatan dan perkembangan walhi pada websitenya (https://walhi.or.id). 
Ayo Jaga Rimba Terakhir Kita!


               

4 komentar:

  1. Wah anak pecinta alam harus mengerti ya jenis tanaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya betul kakak. namanya juga mencintai alam sebaaiknya juga mengerti bagian di dalamnya hehe.

      Hapus
  2. Itu tanamanya bisa langsung dipetik dan disiangi ya? Aku jadi tau ada tanaman ini abis mampir di sini

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepengalaman saya langsung dipetik aja kak, dicuci bersih kemudian baru diolah atau langsung dijadikan lalapan.

      Hapus